DARMAKRADENAN- Jam’iyah NU Ranting Darmakradenan menggelar ziarah kubur bulan Sya’ban menjelang Ramadhan 1443 H yang dipusatkan di pemakaman umum RW 07 Grumbul Darma Wetankali, Desa Darmakradenan Ajibarang, Banyumas. Jum’at sore (01/04/22).
Selain menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, ziarah dan do’a bersama bertujuan untuk bersama-sama birrul walidain atau berbakti kepada orang tua dengan hal yang baik, salah satunya mendo’akan orang tua yang sudah meninggal dunia. Hal tersebut dikatakan Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Ranting Darmakradenan Ustadz Maghfurozi saat ditemui dilokasi.
Lebih lanjut Maghfurozi menjelaskan, selain kepada orang tua, ziarah dan do’a bersama juga untuk para leluhur dan juga para tokoh terdahulu di Darmakradenan yang sudah meninggal, agar mendapat ampunan, tentunya maghfiroh dari Alloh SWT.
“Kita bersama-sama berd’oa kepada Alloh SWT, dengan tahlil dan bacaan surat Yasin agar para leluhur dan orang tua kita mendapatkan maghfiroh dari Alloh SWT,” kata Ustadz alumni Ponpes API Tegal Rejo ini.
Dia juga berharap dengan kegiatan tersebut di bulan Ramadhan nantinya semua warga masyarakat Desa Darmakradenan senantiasa selalu diberi kesehatan, keberkahan, keistiqomahan, untuk melaksanakan kewajiban dan juga menjalankan sunnah yang sudah diperintahkan Allah SWT.
Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Desa Darmakradenan KH.Imam WS, Mustasyar NU Ranting Darmakradenan K.Ahmad Ansori, Ketua Tanfidziyah NU Paidi S.Pd, Ansor- Banser, Ketua Fatayat NU Ranting Dina Rohmiati S,Pd, Muslimat dan ratusan masyarakat desa setempat.
Acara dibuka oleh Ketua Tanfidziah NU Ranting Darmakradenan Paidi S.Pd, sementara Tahlil dan do’a bersama dipimpin oleh Mustasyar NU Ranting Darmakradenan K.Ahmad Ansori.
Pantauan darmakradenan.desa.id warga dari berbagai tempat di Desa Darmakradenan juga melakukan tradisi ziarah kubur, dengan mendatangi pemakaman umum grumbul setempat, diantaranya di RW 05 Grumbul Cigebang, RW 04 Karang Pucung, RW 08 Cipecang, dan RW 10 Grumbul Kalibeber.
DARMAKRADENAN – Warga sekitar Darmakradenan mempercayai Wilayah RW 07 Grumbul Darma Wetan kali itu merupakan kuburan para leluhur yaitu kuburan yang sekarang disebut makam Nyai Lumpang. Para leluhur itu meninggal saat jaman Majapahit dan sebelum nama Desa menjadi Darmakradenan. Karena itu, di sekeliling makam Nyai Lumpang banyak makam keramat. Makam ini sering menjadi tempat ziarah masyarakat, terutama pada bulan Syura.
Eyang Warsono Sudin, 57 tahun, seorang juru kunci makam Nyai Lumpang, menceritakan, di Wilayah RW 07 Grumbul Darma Wetan Kali, terdapat banyak makam keramat salah satu dari makam tersebut yaitu seorang Nyai istri dari Mbah Darmakusuma alias Darmajaya alias Darmasurya alias Darmasejati, Mbah Darmakusuma dipercaya sebagai orang sakti yang berasal dari Desa Dermaji. Dia menetap di Darmakradenan kemudian kembali ke Dermaji hingga ajalnya.
Namun, sebelum meninggalkan Darmakradenan, konon Mbah Darmakusuma pernah menetap di Paningkaban di sana dia dijuluki dengan sebutan Mbah Darmasurya yang saat ini banyak sekali warga disekitar Desa tersebut mata pencahariannya sebagai penambang emas dengan kata lain surya itu sinar jadi wilayahnya bersinar atau banyak emasnya, beber Sudin.
Dari beberapa yang diceritakan Eyang Sudin sampai saat ini belum tau nama asli Nyai Lumpang,”Nama itu hanya julukan saja, dari juru kunci sebelumnya saya tanya juga ora patia paham gweh (tidak tau).”katanya, Senin (4/1).
Warga sekitar dulunya sering mendengar suara seperti orang menumbuk padi, “Memang semenjak ada makam di situ, waktu kecil saya juga sering mendengar,saat malam Jum’at Kliwon terdengar seperti suara orang menumbuk padi sampai nyaring dan menggema, dan di situ lumpang (tempat menumbuk padi)nya juga masih ada.”tambah Eyang Sudin.
Eyang Sudin memang tidak ada garis keturunan dari Mbah Darmakusuma, namun dia kerap ke Darmaji untuk berziarah ke makamnya, dari sinilah Eyang Sudin mendapat amanat dari juru kunci makam Mbah Darmakusuma yang ada di Desa Darmaji untuk merawat makam Nyai Lumpang dan sekaligus menjadi juru kunci yang ke-15.
Tak jauh dari makam Nyai Lumpang, ada dua makam lagi yang masih alami. Warga percaya itu adalah pengikut Nyai, yaitu Mbah Hanggoro alias bambah Bathok dan Mbah Singomerjo alias eyang blender. Nama itu di ungkapkan Tohidin (50) saat beristirahat dan tertidur di sekitar makam,”Waktu tahun lalu saya selesai mencangkul dan beristirahat kemudian tertidur datang dua orang menemui saya, orangnya tinggi besar dan berjenggot dia mengaku nama Hanggoro dan Singomerjo, dia berdua juga berpesan untuk tidak merusak dan mengambil apa yang ada di daerah makam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan lainnya apalagi sampai merusak tanah.”katanya.
“Kalau di Wilayah ini khususnya RW 07, Banyak makam keramat. Di sebelah selatan sungai juga ada makam Raden Ayu, Makanya jangan sombong dan ngomong sembarangan jika melewati makam ini, karena banyak penghuninya,” tambah Tohidin Warga setempat.
Dari makam seorang perempuan dan bentuk batu lumpang serta suara yang sering terdengar itulah warga sekitar menamai dengan sebutan Nyai Lumpang.