Darmakradenan_ Frekuensi curah hujan yang masih tinggi pada Desember ini membuat kondisi ruas jalan di jalur Ajibarang- Gumelar di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang terancam putus. Apalagi selama empat hari kemarin pascalongsor Jumat (11/12) malam, kondisi jalan makin terlihat miring dan ambles. Lokasi talut, tebing, dan jalan longsor tersebut kini makin mendekati garasi kendaraan mobil milik Sakun (50). Akibatnya, selain jalan, permukiman rumah di sisi lokasi longsor mulai terancam.
Sementara itu, di sisi utara jalan longsor tersebut merupakan perkebunan warga dengan kondisi curam. Warto (55), warga menuturkan, jika hujan lewat turun, warga waswas. Karena itu, pemantauan hingga pengaturan buka tutup arus lalu lintas kendaraan di jalur yang longsor itu masih terus dilaksanakan oleh warga di sekitar lokasi. Terlebih lagi bagian tebing di samping utara jalan itu bertambah longsor.
”Yang difungsikan sebagai jalan kini tinggal separuh badan jalan, karena badan jalan di sisi utara memang sudah miring dan bertambah ambles. Karena itu, tidak dilintasi dan dibatasi dengan rambu dari dinas terkait,” paparnya.
Jalur Utama Warto berharap, agar pemerintah daerah dapat segera melaksanakan penanganan terkait dengan kerusakan jalan tersebut. Apalagi jalur itu merupakan jalur utama dan satu-satunya yang dilintasi banyak kendaraan dari arah Kecamatan Gumelar dan juga menjadi jalan alternatif menuju ke Kecamatan Lumbir. Warga juga berharap, agar jalan tersebut tidak sampai putus.
”Kalau sampai putus maka akan menyulitkan kendaraan yang melintas dari arah Gumelar menuju ke Ajibarang atau sebaliknya. Karena ini merupakan jalan satu-satunya. Memang yang mengkhawatirkan adalah tiap hari ada pertambahan kemiringan dan ambles di bagian jalan tersebut,” tandasnya.
Perangkat Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Ahmad Miftah mengungkapkan, selain dipasang rambu lalu lintas oleh dinas terkait, ruas jalan yang longsor tersebut kini terus dijaga warga siang hingga malam hari. Apalagi seperti diketahui jalur ini merupakan jalur padat yang dilintasi ribuan kendaraan dari arah Kecamatan Gumelar dan Lumbir menuju Ajibarang. Tanpa pengaturan dan sistem buka tutup, lalu lintas kendaraan di jalur tersebut dipastikan akan semrawut dan macet.
”Di sebelah barat lokasi jalan longsor ini sekitar 100 meter, juga ada retakan-retakan tanah di bagian jalan aspal. Petugas dari kepolisian Senin (14/12) kemarin pun telah melaksanakan pengecekan ke lokasi,” ungkapnya. Sebelumnya, Kapolsek Ajibarang AKP I Putu B Khrisna mengimbau kepada para pengendara atau pengemudi kendaraan bermotor untuk berhati-hati ketika melintas di jalur longsor ini. Dia juga berharap, agar warga terus memantau kondisi jalan rawan longsor susulan tersebut.
Soalnya di sekitar lokasi jalan yang longsor tersebut juga sudah banyak terlihat retakan tanah dan sudah dalam kondisi miring. ”Kami berharap sikap aktif warga memantau kondisi lingkungan ini makin ditingkatkan untuk meminimalisasi risiko bencana ataupun kecelakaan,” imbaunya.
AJIBARANG- Para petani yang tergabung dalam Serikat Tani Amanat Penderitaan Rakyat (Stan Ampera) Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang, menuntut agar Hak Guna Usaha (HGU) dicabut. Tuntutan itu diungkapkan dalam peringatan Ulang Tahun Ke-16 Stan Ampera dan Hari Tani ke 55 di Lapangan Darmakradenan, Selasa (29/9). Kegiatan ini diikuti sekitar 100 petani.
Koordinator Setan Ampera Banyumas, H Katur Setiabudi dalam orasinya mendesak agar pencabutan HGU segera dilaksanakan meski masih ada perjanjian sampai beberapa tahun mendatang. Menurut Katur, lahan pertanian yang sekarang digarap oleh PT RSA sudah tidak bisa dimanfaatkan dengan baik dan itu menjadi pemicu utama petani menggarap lahan yang tersisa.
“Ketika HGU lepas dan didistribusikan kepada petani maka kami akan memanfaatkan sebaik-baiknya setiap jengkal tanah yang ada untuk kesejahteraan kami,”tandas Katur. Dia mengatakan, petani tidak akan pernah bosan untuk menuntut hak pengelolaan tanah karena selama ini petani benar-benar dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan terkait minimnya lahan mereka di Darmakradenan. Menurut dia, saat ini dari 10 ribu penduduk di Darmakradenan hanya seluas 350 Hektar yang sah menjadi hak penduduk yang saat ini masih dikelola oleh PT RSA.
Katur menegaskan, dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang pencabutan hak atas tanah, proses harus didukung dengan adanya rekomendasi dari pemerintah daerah yakni DPRD dan bupati. Menurutnya, konflik di Darmakradenan yang sudah terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak ada niatan untuk secepatnya diselesaikan baik oleh bupati maupun dewan.
Ketua DPP Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Jateng, Momo mengatakan, pemerintah harus lebih memperhatikan kaum tani di seluruh pelosok Nusantara. Sebab 60 persen rakyat Indonesia adalah petani dan 70 persen rakyat tinggal di pedesaan sudah seharusnya berpihak kepada para petani. Namun kini masih banyak petani yang hidup susah, karena keperpihakan kepada pemodal besar masih kental terkait kepemilikan lahan, seperti yang terjadi di Desa Darmakradenan ini.
“Maka perlu adanya reformasi agraria, bukan hanya ketahanan pangan tetapi kedaulatan pangan yang harus kita galakkan,”jelasnya. Menurut Momo, nilai tukar rupiah yang terus melemah, imbuhnya disebabkan salah satunya tidak menjalankan reforma agraria, tidak meningkatkan produksi dalam negeri namun justru terus berhutang ke luar negeri. Dan tuntutan lain bahwa seluruh kasus agraria di berbagai daerah harus diselesaikan secara tuntas oleh pihak berwajib.
Ketua Paguyuban Petani Banyumas, Slamet, menyatakan dukungan atas perjuangan yang disuarakan para petani Desa Darmakradenan dan Stan Ampera yang menuntut hak kepemilikan tanah dikembalikan yang selama ini masih dikuasai PT Rumpun Sari Antan.
“Sejak tahun 2000 dibentuk STAN Ampera hingga sekarang masih terus berjuang menuntut hak tanah yang masih dikelola perusahaan untuk dikembalikan ke masyarakat. Saya yakin kedepannya akan berhasil dengan cara duduk bersama dengan pemerintah. Dirembukg apa saja yang sulit bisa dibicarakan bersama-sama,”jelasnya.
Darmakradenan_ Sebuah Pohon Bayur di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang roboh di tebang pembeli (Warsum), naasnya mengenai rumah milik Ahmad Sajono (55) warga Grumbul Pegawulan Kulon RT 06 RW 01. Beruntung pemilik sedang keluar rumah.
Hal ini disebabkan karena pembeli menebang kayu tak hati-hati sehingga menimpa bangunan permanen. Pohon besar berdiameter 120 cm yang ambruk menimpa bagian depan rumah. Sutrisno (40) pemilik pohon kaget saat melihat pohon yang di tebang menimpa rumah tetangganya .
Kini sejumlah warga masih sibuk membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan rumah korban serta pohon yang menimpa bangunan depan rumah korban itu. Kejadian tersebut mengakibatkan angkutan di jalan desa tersendat. Kabel jaringan listrik dan telepon juga ikut terputus.
“Korban saat kejadian sedang berada di luar rumah. Di sini juga banyak ibu-ibu suka duduk-duduk ngobrol, persis di depan rumah yang tertimpa pohon,” terang pemilik kayu Sutrisno, Senin (05/01).
Selain itu, Sutrisno menjelaskan saat penebangan pohon sebenarnya sudah ditarik ke tempat yang lebih aman, mungkin beban berat daun yang belum habis di tebang, sehingga sulit dikendalikan penebang sehingga menimpa rumah.
Rumah yang dihuni 5 Anggota keluarga bagian depan rusak parah, Sedangkan kerugian materialnya tidak lebih dari sekitar Rp 10 juta.
Sementara Kepala Desa Darmakradenan, Harjono Fauzan menegaskan sejumlah warga sekitar sudah berusaha membersihkan puing reruntuhan rumah korban. Selain itu, juga menyingkirkan pohon yang menimpa rumah korban.
“Kami menghimbau warga jika ada penebangan kayu, maupun jika hujan lebat di sertai angin agar waspada dan berhati-hati karena bencana masih rawan terjadi selama musim penghujan,” pungkasnya.
Warga melakukan kerja bakti untuk memebersihkan sisa longsoran
Darmakradenan_ Hujan deras mengguyur Desa Darmakradenan dan sekitarnya mengakibatkan dua rumah tertimpa longsor. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun satu rumah mengalami rusak parah, Senin (14/4) kemarin.
Rumah rusak akibat tanah longsor dialami rumah milik Kismo (24) di RT 06 RW 10 Grumbul Kalibeber Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, dan milik Tori (27) di RT 02 RW 10.
Rumah milik Kismo rusak cukup parah karena tertimpa longsoran tebing dengan tinggi 10 dan panjang 10 m yang berada di belakang rumah. Beruntung penghuni tidak ada di tempat.
“saat itu hujan mulai sore sekitar pukul 14.00 deras sekali, sebelum saya kondangan tanahbelakang rumah saya belum longsor, setelah saya pulang, lanjut dia sekitar pukul 19.00 saya langsung kaget, karena melihat air hujan sudah meluap ke ruang tengah rumah saya,” katanya.
Selain bagian belakang rumah milik Kismo mengalami rusak parah, sebagian alat dapur juga ikut rusak akibat tertimpa longsoran. Menurut pantauan PusInfoDarma kerugian seluruhnya mencapai 10 juta rupiah.
Selain itu, Tori (27) yang kesehariannya sebagai pelukis asal warga RT 02 RW 10 mengalami nasib yang sama, talud dengan tinggi 6 m dan panjang 6 m menimpa bagian samping rumah miliknya. Melalui Kadus III Desa Darmakradenan Kejadian tersebut langsung dilaporkan ke pihak Muspika ajibarang.
Usai mendapat laporan pihak Muspika diantaranya Koramil Ajibarang bersama warga bergotong royong membersihkan sisa longsoran, Selasa (15/4) pagi. Sementara warga masih membiarkan rumah milik Tori, pasalnya jika dibersihkan tidak langsung diberi talud, apabila hujan datang dikhawatirkan akan terjadi longsor susulan.
Kepala Desa Darmakradenan Harjono menghimbau kepada warganya untuk selalu waspada jika hujan di malam hari, khususnya yang berada di sekitar rawan longsor untuk mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman.