Pilih Laman
Ruang Promosi dan Informasi Warga Rantau

Ruang Promosi dan Informasi Warga Rantau

Darmakradenan_ Pemenuhan kebutuhan melalui teknologi informasi kini sangat diperlukan masyarakat. Apalagi bagi mereka yang tinggal di tanah rantau. Mereka sangat membutuhkan informasi yang berkembang di kampung halamannya.

Atas dasar itu saat sekarang ini sejumlah pemerintah desa di Kabupaten Banyumas yang telah membuat website sendiri sebagai ruang informasi untuk warganya maupun masyarakat secara luas. Di sisi lain website ini sebagai sarana promosi pemerintah desa.

Ruang informasi yang dipajang pada website pun cukup lengkap. Sebab, mencangkup semua profil dan potensi desa. Selain itu, pemerintah desa juga memberikan informasi tentang kejadian dan kegiatan desa yang terangkum dalam berita, serta ruang opini dan interaksi warga.

Keinginannya untuk menampilkan informasi desa di media internet lantaran hampir semua warga, terutama para kawula muda di desa itu sudah karib menggunakan internet, bahkan menjadi sebuah kebutuhan.

Sebelumnya Kami menggunakan blog, tapi sudah tidak aktif karena penyajian informasinya terbatas. Sekarang kami membuat lagi website darmakradenan.desa.id yang tergabung dalam Gerakan Desa Membangun (GDM), Website ini direspon positif warga karena informasinya lebih lengkap dari sebelumnya.

Informasi perkembangan desa sangat dibutuhkan menyusul warga Desa Darmakradenan yang hidup di perantauan cukup banyak. Dari jumlah total penduduk yang mencapai 10.560 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.150 jiwa dan perempuan sebanyak 5.410 jiwa itu, hampir 500 warga berada di perantauan. Sebagian besar mereka merantau ke Jakarta, sedangkan lainnya ke luar negeri.

Diakui, website desa telah banyak dikunjungi warga. Sehingga, warga rantau tidak perlu jauh pulang mengetahui informasi, karena kabar kampung yang berjarak sekitar 32 kilometer dari pusat Kabupaten Banyumas bisa dibaca di internet.

Manfaat lain, kami dapat memfasilitasi kalangan akademisi yang melakukan penelitian karena data yang disediakan pada website sangat lengkap.

Warga Darmakradenan perantauan di Jakarta, Yudi (38) mengatakan website ini memberikan informasi yang cukup lengkap. Informasi ini diharapkan dapat lebih memajukan pemerintah desa dalam melayani masyarakat untuk mendukung pembangunan desa yang lebih baik.

“Kami harap admin website terus mengupdate kabar kampung untuk menarik minat warga, terutama kalangan muda. Ayo, Darmakradenan terus maju walaupun desa pinggiran,” katanya.

Warga perantau lain yang sudah puluhan tahun di luar negeri yang sudah di anggap hilang oleh keluarganya, Eko Rahayu Ningsih (27) mengungkapkan ,”saya sudah puluhan tahun di Kuala Lumpur, saya sering kirim surat tapi tak pernah sampai, dan HP saya hilang waktu itu, pokoknya susah sekali untuk komunikasi dengan keluarga”.

“Saya berterima kasih dengan adanya website ini dan menemukan nomor HP admin Website Desa Darmakradenan, dan sekaligus membantu saya bisa berkomunikasi dengan keluarga lagi.” tambah dia via sms.

Sementara itu, Kepala Desa Darmakradenan Harjono juga mengemukakan website ini untuk memperkenalkan profil desa kepada masyarakat luas melalui kegiatan-kegiatan desa. “Selain membantu menginformasikan kepada masyarakat, website ini sebagai ruang promosi desa,” katanya. (miftahmad79@gmail.com)

Usulan Kades Janggolan Mendapat Respon Positif Bupati

Sambutan Kepala Desa Darmakradenan

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Semoga rasa syukur senantiasa terucap dari lisan kita atas begitu banyak limpahan rahmat, nikmat, dan karunia yang Allah Subhanahu Wata’ala anugerahkan kepada kita semua.Sehingga kita dapat menjalankan tugas-tugas kita dengan sebaik-baiknya.

Selamat datang di Website Pemerintahan Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Dewasa ini kinerja instansi pemerintah semakin menjadi sorotan, terutama sejak timbulnya iklim transparansi di masyarakat. Untuk meningkatkan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diperlukan pedoman agar pelaksanaan kegiatan- kegiatan menjadi terarah, terukur dan dapat diaudit oleh masyarakat luas.

Di era globalisasi ini, kebutuhan akan komunikasi dan informasi untuk mewadahi kepentingan masyarakat dan instansi sangat tinggi. Oleh karena itu, walaupun masih sederhana, kami ingin ikut menyumbangkan sarana komunikasi dan informasi dengan bergabung dengan komunitas Gerakan Desa Membangun, Blogger Banyumas, Blogger Nusantara, Lembaga Infest Jogjakarta, Rumah Desa Indonesia, OI Blankon dan komunitas lainnya.

Melalui Website ini Kami undang kehadiran Anda untuk mengetahui lebih banyak tentang Pemerintahan Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang dengan singgah di Web kami dan ikut meramaikannya. Mari bergabung. Semoga bermanfaat.

Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Terima kasih atas kunjungan Anda.

KH. IMAM WASINGUN SOLEH
Kepala Desa Darmakradenan

Buruh ‘Spiderman’ Bertaruh Nyawa di Tebing Bukit Kapur

Buruh ‘Spiderman’ Bertaruh Nyawa di Tebing Bukit Kapur

Darmakradenan_ Bak Spiderman yang merayap di tebing gedung kota, Sakim (37) nampak begitu yahud mendaki bukit kapur di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Banyumas. Tangannya yang keras, terlihat begitu terampil memanjat.

Tebing setinggi 60 meter itu, dia panjat hanya dengan seutas tali. Tali berwarna biru itu dia lilitkan di pinggangnya. “Talinya cukup kuat kok,” ujar Sakim sebelum memanjat.

Sakim merupakan satu dari ribuan penduduk Darmakradenan yang bekerja sebagai penambang batu kapur. Penduduk desa itu sendiri mencapai 10.000 jiwa.

Sebagai penambang batu kapur, Sakim dan sejawatnya harus berjudi dengan malaikat maut. “Beberapa teman saya ada yang jatuh dari tebing itu,” ujar Sakim sambil menunjuk suatu bukit yang tak jauh dari tempatnya. Kalau Sakim sendiri, “Amit-amit deh kalau sampai jatuh,” selorohnya miris.

Untuk menggali tebing kapur yang keras, Sakim hanya mengandalkan linggis. Kadang-kadang, dia menggunakan dinamit dengan daya ledak rendah untuk menghancurkan tebing. Semua dia kerjakan sendiri.

Penghasilan penambang kapur ternyata tak sebanding dengan bahaya yang diterima. Untuk satu truk kapur, Sakim hanya mendapatkan Rp 30 ribu. Dia bisa mengumpulkan satu truk kapur dalam waktu tiga hari. Uang tersebut pun tak dia bawa pulang sendiri. Dia menyisihkan Rp 10 ribu untuk pemilik tebing.

Madsaid (51), penambang lainnya mengaku pernah jatuh dari tebing. “Saya bersyukur hanya luka ringan”” katanya.

Meski bekerja penuh resiko, baik Sakim maupun Madsaid mengaku tak punya pilihan pekerjaan lain. Untuk menambah penghasilan, kadang-kadang mereka menanam palawija di lahan perkebunan kakao milik PT Rumpun Sari Antan.

“Masalahnya kalau ada kakao hilang, kami takut dituduh mencuri seperti Mbok Minah,” ujar Madsaid.

Sambil menghisap rokok yang dilintingnya sendiri, Madsaid berkisah tentang kegalauan masa depannya. Dia mendengar, tak berapa lama lagi, hamparan bukit putih kapur yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya akan berubah menjadi pabrik semen.

Mengingat usianya, dia ragu, tenaganya akan dipakai oleh perusahaan semen itu. Jika tak dipakai lagi, “Saya tidak tahu akan bekerja apa lagi,” katanya.

Direktur Utama Sinar Tambang Arthalestari, Suwadi Bing Adi mengatakan, perusahaannya akan menginvestasikan uang senilai Rp 2,3 triliun untuk membangun pabrik semen di tempat itu. “Pabrik ini akan berada di wilayah Kecamatan Ajibarang dan Kecamatan Gumelar,” katanya.

Suwadi mengatakan, untuk mendirikan pabrik berikut areal penambangannya, perusahaannya membutuhkan areal seluas 360 hektare. Wilayahnya, mencakup belasan desa di wilayah Kecamatan Ajibarang dan Gumelar.

Menurut dia, dalam rencana tersebut, mereka sudah mulai melakukan proses pembelian lahan warga setempat yang akan digunakan sebagai areal pabrik dan areal penambangan. Saat ini, luas lahan yang dibebaskan sudah sekitar 34 hektare.

Dia berjanji, jika perusahaannya sudah berdiri, tenaga kerja akan diprioritaskan berasal dari warga setempat. Menyangkut jaminan kondisi lingkungan di lokasi pabrik dan penambangan, dia menjamin masalah ini akan sangat diperhatikan. Bahkan mengenai kekhawatiran sebaran debu akibat proses operasional pabrik semen, dia menyatakan akan ditekan seminimal mungkin.

Berdasarkan data yang tertuang dalam draft Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL dan RPL), pabrik tersebut direncanakan akan memiliki kapasitas produksi sebanyak 2,5 juta ton per hari. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terserap, mencapai 318 karyawan teknis. Rencananya, semen produksi pabrik semen di Banyumas ini akan diberi nama Panasia Cement.

Makam Keramat Nyai Lumpang

Makam Keramat Nyai Lumpang

DARMAKRADENAN – Warga sekitar Darmakradenan mempercayai Wilayah RW 07 Grumbul Darma Wetan kali itu merupakan kuburan para leluhur yaitu kuburan yang sekarang disebut makam Nyai Lumpang. Para leluhur itu meninggal saat jaman Majapahit dan sebelum nama Desa menjadi Darmakradenan. Karena itu, di sekeliling makam Nyai Lumpang banyak makam keramat. Makam ini sering menjadi tempat ziarah masyarakat, terutama pada bulan Syura.

Eyang Warsono Sudin, 57 tahun, seorang juru kunci makam Nyai Lumpang, menceritakan, di Wilayah RW 07 Grumbul Darma Wetan Kali, terdapat banyak makam keramat salah satu dari makam tersebut yaitu seorang Nyai istri dari Mbah Darmakusuma alias Darmajaya alias Darmasurya alias Darmasejati, Mbah Darmakusuma dipercaya sebagai orang sakti yang berasal dari Desa Dermaji. Dia menetap di Darmakradenan kemudian kembali ke Dermaji hingga ajalnya.

Namun, sebelum meninggalkan Darmakradenan, konon Mbah Darmakusuma pernah menetap di Paningkaban di sana dia dijuluki dengan sebutan Mbah Darmasurya yang saat ini banyak sekali warga disekitar Desa tersebut mata pencahariannya sebagai penambang emas dengan kata lain surya itu sinar jadi wilayahnya bersinar atau banyak emasnya, beber Sudin.

Dari beberapa yang diceritakan Eyang Sudin sampai saat ini belum tau nama asli Nyai Lumpang,”Nama itu hanya julukan saja, dari juru kunci sebelumnya saya tanya juga ora patia paham gweh (tidak tau).”katanya, Senin (4/1).

Warga sekitar dulunya sering mendengar suara seperti orang menumbuk padi, “Memang semenjak ada makam di situ, waktu kecil saya juga sering mendengar,saat malam Jum’at Kliwon terdengar seperti suara orang menumbuk padi sampai nyaring dan menggema, dan di situ lumpang (tempat menumbuk padi)nya juga masih ada.”tambah Eyang Sudin.

Eyang Sudin memang tidak ada garis keturunan dari Mbah Darmakusuma, namun dia kerap ke Darmaji untuk berziarah ke makamnya, dari sinilah Eyang Sudin mendapat amanat dari juru kunci makam Mbah Darmakusuma yang ada di Desa Darmaji untuk merawat makam Nyai Lumpang dan sekaligus menjadi juru kunci yang ke-15.

Tak jauh dari makam Nyai Lumpang, ada dua makam lagi yang masih alami. Warga percaya itu adalah pengikut Nyai, yaitu Mbah Hanggoro alias bambah Bathok dan Mbah Singomerjo alias eyang blender. Nama itu di ungkapkan Tohidin (50) saat beristirahat dan tertidur di sekitar makam,”Waktu tahun lalu saya selesai mencangkul dan beristirahat kemudian tertidur datang dua orang menemui saya, orangnya tinggi besar dan berjenggot dia mengaku nama Hanggoro dan Singomerjo, dia berdua juga berpesan untuk tidak merusak dan mengambil apa yang ada di daerah makam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan lainnya apalagi sampai merusak tanah.”katanya.

“Kalau di Wilayah ini khususnya RW 07, Banyak makam keramat. Di sebelah selatan sungai juga ada makam Raden Ayu, Makanya jangan sombong dan ngomong sembarangan jika melewati makam ini, karena banyak penghuninya,” tambah Tohidin Warga setempat.

Dari makam seorang perempuan dan bentuk batu lumpang serta suara yang sering terdengar itulah warga sekitar menamai dengan sebutan Nyai Lumpang.

Usulan Kades Janggolan Mendapat Respon Positif Bupati

Menjaring Rejeki, Meneruskan Tradisi Nelayan Tajum

Pengrajin Jala

Pengrajin Jala Desa Darmakradenan

Jemari Darso terlihat lincah memegang senur-senur jala. satu demi satu benang dirangkainya menjadi sebuah jaring. Tak cukup sehari jaring berukuran 3 meter itu jadi. Tapi butuh sekitar sebulan.”bahkan lebih karena pekerjaan ini cukup rumit,” jelasnya.

Namun ayah umur 50 tahun itu harus pasrah dengan keadaannya saat sekarang. kemahiraannya menenun jaring telah menurun. Apalagi kornea matanya telah kelabu dan harus disambung pula dengan kaca mata tebalnya.

“dulu jaring buatan saya jadi buruan nelayan ikan sungai Tajum, dan dari daerah-daerah lain bahkan bisa terjual sampai ke Ciamis Tapi sekarang tak lagi, apalagi sekarang ini sudah banyak yang beralih mencari emas,” kenang ayah lima anak itu, kamis (07/01).

Pekerjaan membuat jaringpun tak lagi dapat diandalkan sebagai penyambung hidup karena minat pembeli jaring terus menurun. Pekerjaan menjadi nelayan sungai kini tak lagi ditekuni karena dari segi penghasilan tak menjanjikan. Belum lagi kondisi sungai yg tercemar dan kotor. Akibatnya ikanpun banyak yg mati.

“Menjaring ikan sekarang ini hanya sekedar hobi saja. Kalau yang mau menjadi nelayan ikan sungai ya itu cuma sampingan saja,” ujar Mantan Kadus III Warsono.

Satu buah jala dijual Darso antara Rp.450 ribu hingga Rp.800 ribu tergantung dimana jala tersebut digunakan, ada yang di gunakan di sungai yang berbatu, juga ada yang di gunakan di sungai yang berlumpur,ukuran senur-senurpun beda. Jala Paling murah dinilai Rp.450 ribu dengan panjang 3 m. dan harga Rp.800 ribu berukuran 5 m.

Demi sesuap nasi, biarpun jarang yang beli, Bapak yang baru memiliki satu cucu ini masih terus bersemangat untuk menenun senur-senur jala, setiap hari Darso selalu memamerkan jala yang sudah di buatnya,”Tiap pagi saya selalu menaruh jala di depan rumah,eh..syukur-syukur ada yang mau beli,” harap Darso warga RT 04 RW 10 Grumbul Kalibeber.

Usulan Kades Janggolan Mendapat Respon Positif Bupati

Permasalahan tanah sengketa lahan di Desa Darmakradenan

STAN AMPERA

Kelompok Tani STAN AMPERA

Permasalahan tanah di Indonesia semakin hari semaki rumt. Khususnya di Darmakraenan yang sudah lama sejak masa kolonial Belanda hingga sekarang. Ketika itu Belanda mengeluarkan mengeluarkan Undang-Undang agrariche wet de wall tahun 1870, dimana para petani di berikan sertifikat tanah.

Namun pajak yang diberikan oleh belanda itu sangat tinggi bagi para petani, yaitu sekitar 30%. Banyak para petani yang tidak bisa membayar pajaknya karena dirasa terlalu tinggi bagi mereka. Menghadapi masalah ini, Kepala Desa saat itu menyarankan agar para petani menyewakan lahannya ke pemilik modal atau asing (cina), agar bisa membayar hutang pajaknya ke belanda.

Sekali lagi petani kehilangan tanahnya. Pada tahun 1960 ada undang-undang pokok agraria disahkan. Namun, HGU (Hak Guna Usaha) dinilai semakin merugikan para petani. Mengapa demikian? karena tanah yang seharusnya dikelola petani sebagai sasaran produksi untuk kehidupan mereka malah digunakan untuk pengelolaan sumber daya alam oleh pemerintah maupun perusahaan asing.

Kebijakan-kebijakan pemerintah yang seperti itulah yang menyebabkan para petani sengsara bahkan tidak memiliki tanah dan tidak ada sumber penghasilannya. Ketika tahun 1965 para petani ingin mengeklaim tanah tersebut dianggap komunis oleh pemerintah pasca G30S.

Akhirnya para petani pun takut dan hanya bisa terdiam. Militerlah yang mengambil alih atas tanah sengketa tersebut. Militer bekerja sama dengan PT. RSA (Rumpun Sari Antan) yang mengelola perkebunan coklat (kakao) di Wilayah Darmakradenan tersebut.

Sampai sekarang banyak konflik antara petani dengan PT.RSA yang timbul karena masalah kepemilikan tanah tersebut. Petani tidak bisa menggarap lahan karena tanah tersebut sudah dikontrak oleh PT. Rumpun Sari Antan.

Kelompok Tani yang tergabung dalam organisasi STAN AMPERa (Serikat Tani Amanat Penderitaan Rakyat) Desa Darmakradenan saat ini menuntut untuk dicabutnya HGU (Hak Guna Usaha) PT. RSA IV Kebun Darmakradenan, mendistribusikan tanah untuk para petani serta di tegakkannya reforma agraria sejati.

Dikutip saat Ulang tahun ke XIV Stan Ampera

Empat Belas Titik Bak Sampah Mulai Digarap

Empat Belas Titik Bak Sampah Mulai Digarap

Darmakradenan_Guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan kepedulian lingkungan, Pemkab Banyumas melalui Dinas Cipta Karya membangun 14 bak sampah di beberapa lokasi Wilayah RW Desa Darmakradenan,Kecamatan Ajibarang.

Kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program penanganan sampah merupakan salah satu dukungan terhadap program pembangunan daerah.Penanganan persoalan sampah juga tidak harus tergantung pada peran pemerintah, namun penanganan dimulai dari kita semua sebagai warga masyarakat, sehingga pengurangan sampah dari sumbernya bisa terwujud.

Demikian disampaikan Kepala Seksi Pembangunan Desa Darmakradenan Rasid saat ditemuai PusInfoDarma di lokasi pembangunan bak sampah, senin (11/8) kemarin. Menurutnya, kerelaan para warga yang memberikan lahan untuk sarana pembangunan bak sampah, merupahkan faktor utama dalam mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.

“Masyarakat harus peduli terhadap persoalan sampah, dan harus merasa ikut menjaga kebersihan lingkungan desa ini, Kita akan perang terhadap warga yang buang sampah sembarangan, masyarakat juga harus ikut terlibat,” pungkasnya.

Rasid juga menjelaskan bak sampah yang berukuran 180×160 cm ini dibangun secara permanen di beberapa lokasi RW, jumlah 14 bak sampah tersebut dibangun di wilayah RW 01, 02, 03, 08, dan RW 09. Dari satu bak sampah terbagi dalam dua jenis yaitu tempat untuk membuang sampah organik dan non organik.

Kepala Desa Darmakradenan, Harjono berharap demi terciptanya suasana lingkungan yang sehat bagi seluruh lapisan, masyarakat harus bisa menjaga kebersihan dan jangan sampai membuang sampah sembarangan, mengingat dalam dua tahun ini warga banyak yang terserang DBD. Dia mengatakan, dari jumlah 65 bak sampah yang diajukan beberapa tahun lalu, hanya terealisasi  14 buah. Usai dibangun, lanjut dia, dari pihak pemerintah nantinya bak sampah tersebut akan diserahkan  kepada masyarakat di wilayah RW untuk menjadi tanggung jawab bersama.

Harjono juga mengatakan, sampah-sampah yang ada di bak tersebut nantinya akan dipungut oleh truk sampah  untuk dibuang ke tempat yang telah ditentukan pemerintah yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Salah seorang masyarakat, Rasito, warga Grumbul Pegawulan tengah mengapresiasi kepada pihak desa yang telah mengajukan pembangunan bak sampah tersebut dan juga kepada pihak pemerintah yang telah memberikan bantuan. Secara pribadi Ia mengatakan, bahwa dengan dibangunnya bak sampah di desa nya, mengurangi tumpukan sampah yang berserakan di lingkungannya. Selain itu, para warga tidak lagi kebingungan kemana mau membuang sampah. “Kegiatan ini lebih ditingkatkan pemerintah demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat di Desa Darmakradenan,” harapnya.

PT RSA Pasang Patok Pembatas

PT RSA Pasang Patok Pembatas

DARMAKRADENAN, PusInfoDarma; Sengketa tanah antara PT Rumpun Sari Antan (RSA) dengan warga Desa Darmakradenan memasuki babak baru. Antara dua belah pihak telah menyepakati pembatasan lahan kebun yang dapat dipergunakan.

“Pemasangan patok pembatas ini sebagai tindak lanjut pertemuan pada 17 September 2014 di Hotel Horison yang menghasilkan keputusan PT RSA atas nama Kebun Darmakradenan berhak mengelola lahan seluas 227, 65 Hektare dengan sertifikat HGU nomor 19/HGU/BPN/1994 tanggal 20 April 1994 berakhir 31 Desember 2018,” kata Tjuk Sugiharto, yang mewakili PT RSA, Senin (27/10).

Ia menambahkan, sekitar 110 Hektare diperbolehkan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat Darmakradenan untuk 325 warga yang tidak boleh dialihkan kepada pihak luar.

“Adapun yang seluas 117,65 Hektare dikelola oleh Kebun Darmakradenan dengan komoditas karet dan kakao dengan ketentuan/kesepakatan tidak diganggu oleh masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, masyarakat penggarap tidak diperbolehkan mendirikan bangunan atau rumah tinggal dan diwajibkan membayar pajak sesuai dengan luas lahan garapannya. Pada poin berikutnya, PT RSA akan memberikan sebagian hasil usahanya setiap tahun dalam bentuk CSR untuk kegiatan sosial masyarakat Darmakradenan.

Kepala Desa Darmakradenan, Harjono mengatakan, pemasangan patok pembatas antara kebun milik PT RSA dan warga diharapkan tidak akan terjadi lagi gesekan atau tuduhan saling menyerobot lahan.

“Kesepakatan kedua belah pihak sudah terang benderang tertulis di berita acara kesepakatan yang ditandatangani oleh PT RSA, warga yang diwakili Darsum, Komandan Koramil 13 Ajibarang, Camat Ajibarang, Kades Darmakradenan, Kapolsek Ajibarang, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Banyumas,” katanya.

Pada waktu pemasangan patok pembatas itu juga disaksikan Kapolsek Ajibarang serta Danramil 13 Ajibarang, Kades Darmakradenan serta warga.“Pematokan pembatasan lahan secara simbolis dipasang di dua titik. Semoga masyarakat memahami keputusan tersebut,” katanya.

Gelar Tradisi Di Sungai Tajum

Gelar Tradisi Di Sungai Tajum

DARMAKRADENAN (PusInfoDarma): Ratusan Warga Darmakradenan yang tinggal di sekitar sungai menggelar tradisi gebyuk ikan di sungai Tajum, Senin (08/9) belum lama ini.

Setiap musim kemarau, hampir semua warga di sekitar Sungai Tajum Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, terutama kaum ibu mencari Ikan di sepanjang Sungai Tajum, sungai Besar yang melintasi Desa mereka.

Gebyuk Kali adalah tradisi sejak dulu di lakukan warga RW 06 Grumbul Kesal dan RW 07 Grumbul Darma Wetan Kali, menangkap ikan dengan menggunakan sirib atau sejenis jaring yang dibuat berbentuk segi empat secara beramai-ramai, gebyuk ikan pun dimulai sejak jaman nenek moyang mereka hingga sekarang.

menurut Saefudin (42) warga setempat.” Tradisi gebyuk ikan itu sudah jadi tradisi warga sekitar sungai Tajum, khususnya warga Desa Darmakradenan selama berpuluh – puluh tahun.”Katanya sambil mengusap keringat.

Dia menambahkan.”Kami serombongan secara beramai-ramai akan berendam menyusuri sungai mencari ikan sampai dapat hingga menjelang maghrib nanti.ucap Bapak dua anak ini.

Selanjutnya menurut Kepala Desa Darmakradenan H.Harjono Fauzan saat di hubungi via ponselnya, beliau mengatakan,”hal itu wajar-wajar saja yang penting tidak menggunakan obat- obatan yang nantinya dapat membunuh benih ikan, kalau ada yang menggunakan obat- obatan akan saya kasih sanksi, karena aturan itu sudah di buat dalam Peraturan Desa,”tegas beliau.

Sementara ikan-ikan yang mereka dapatkan di antaranya ikan Munjair, Tawes, Melem. Bagi mereka dimusim kemarau suatu kesempatan memperoleh banyak ikan di sungai secara gratis, karena debit airnya menyusut sehingga ikan mudah ditangkap.

selain untuk lauk pauk di rumah, ikan-ikan itu juga nantinya untuk di jual.”ini suatu keberkahan bagi saya, lumayan buat beli susu anak,” Ujar joni warga Grumbul Kesal.(ip79)